RIAU (Riauterbaru.com) – Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi (Wakajati) Riau Akmal Abbas SH, MH, tampil sebagai narasumber pada acara dialog dalam program “Tanya Jaksa” bertema Restorative Justice yang disiarkan secara langsung melalui stasiun Riau Televisi, Selasa (24/01/2023) malam, sekira pukul 21:00 WIB.
Dalam penyampaiannya, Wakajati Riau itu menjelaskan bahwa Restorative Justice adalah penyelesaian perkara tindak pidana dengan melibatkan pelaku, korban, keluarga pelaku/korban dan pihak lain yang terkait untuk bersama-sama mencari penyelesaian yang adil dengan menekankan pemulihan kembali pada keadaan semula dan bukan pembalasan.
“Penghentian penuntutan berdasarkan keadilan restoratif dilaksanakan dengan asas keadilan, kepentingan umum, proporsionalitas, pidana sebagai jalan terakhir dan cepat, sederhana, dan biaya ringan yang diatur dalam Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia (Perja) Nomor 15 Tahun 2020,” papar Wakajati Riau itu.
Lebih lanjut Wakajati Riau menyebutkan, adapun syarat perkara bisa ditutup demi hukum atau dihentikan penuntutannya berdasarkan keadilan restoratif yaitu tersangka baru pertama kali melakukan tindak pidana, tindak pidana hanya diancam dengan pidana denda atau ancaman dengan pidana penjara tidak lebih dari 5 (lima) tahun.
Selanjutnya, tindak pidana dilakukan dengan nilai barang bukti atau nilai kerugian yang ditimbulkan akibat dari tindak pidana tidak lebih dari Rp2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu rupiah) serta adanya pengecualian terhadap tindak pidana tertentu, dimana mekanisme pelaksanaan secara sederhana dapat dimaknai bahwa suatu perkara dapat dihentikan penuntutannya jika memenuhi syarat-syarat yang berlaku.
“Dengan adanya Perja nomor 15 Tahun 2020 ini, Kejaksaan sebagai satu-satunya lembaga penuntutan ingin mewujudkan keadilan di tengah masyarakat dan Kejaksaan lebih responsif terhadap nilai dan norma yang ada di masyarakat,” ujar Wakajati.
Dalam acara/kegiatan dialog pada Program Tanya Jaksa tersebut mengikuti secara ketat protokol kesehatan (prokes).
Laporan: TOK