PERAWANG, RIAUTERBARU.com – PT IKPP Perawang diduga menggusur tanaman petani hortikultura di Perawang. Berbagai macam tanaman yang ditanam petani tak jauh dari BTN Cendrawasih kampung Perawang Barat hancur digusur menggunakan alat berat.
Diketahui penggusuran tersebut dilakukan perusahaan akan menanam tanaman industri disekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Perawang. Kegiatan perusahaan ini membuat petani-petani hortikultura yang diketahui binaan dinas terkait menangis.
Penelusuran awak media, ada sekitar puluhan petani yang saat ini tidak lagi melakukan aktifitas pertanian, sebab lahan yang konon katanya milik PT IKPP Perawang yang selama ini mereka olah kabarnya akan ditanami pohon akasia.
Para petani tidak menyangka hal itu akan terjadi dikarenakan mulanya pihak perusahaan hanya akan melakukan penumbangan terhadap tanaman sawit yang berada dilahan perusahaan.
“Menangis sedih kami, awalnya masih hutan lebat kami yang bersihkan sendiri lalu kami bertani, tiba-tiba sekarang kami tidak bisa lagi bertani. Sejak 2017 kami bertani tidak pernah ada masalah, bahkan ada dukungan dari pemerintah seperti bantuan bibit dan obat, PPL pun sering datang. Katanya kami mau dialihkan ketempat baru,” sedu ibu Een (56) salah seorang anggota kelompok tani kepada awak media.
Lanjut ibu Een, ia terkejut dan menangis tatkala pihak perusahaan menempatkan alat berat dilokasi dan memerintahkan agar tanaman milik petani segera dicabut atau dialihkan.
Para petani holtikultura RT 08 RW 01 Kelurahan Perawang menyebutkan bahwa mereka hanya sebatas hak pinjam pakai, pihak PT IKPP Perawang maupun PT Arara Abadi tidak pernah memberikan bantuan semacam bibit ataupun pupuk.
“Jagung, kacang panjang, ubi, kedelai, sayur-sayuran yang kami tanam, bisa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan membantu suami, sekarang nganggur la biasanya jam segini kami belum mandi (masih bertani),” ungkapnya lagi.
Hal yang sama juga disampaikan oleh petani lainnya, bahwa mereka merasa sangat sedih bila mengingat awal mulanya mereka bisa bertani atau berkebun, para petani membuka sendiri lahan pertanian yang awal mulanya masih hutan dan semak.
“Kami ada yang tanam ubi, kacang, sayur -sayuran, biasanya jam segini masih dikebun,” sambut ibu Zahra (34) salah seorang petani holtikultura yang juga terdampak dari kegiatan perusahaan.
Saat pihak perusahaan memerintahkan agar tanaman-tanaman milik para petani segera dicabut atau dialihkan, para petani merasa enggan menuruti dikarenakan mereka para petani merasa selama ini telah berjuang keras untuk membuka lahan pertanian dan bersyukur dapat penghidupan dari usaha bertani.
“Biaya sendiri, tenaga sendiri untuk buka lahan, sekarang pula baru masalah, alasannya karena ada yang menanam sawit, tapi kami yang menanam sayuran bukan menanam sawit kok bisa kena juga,” tanya ibu Maisuri (53) yang juga merupakan anggota kelompok tani.
Kepada awak media para petani menyampaikan harapan agar pihak perusahaan dan pemerintah dapat mengusahakan mereka para petani segera kembali bisa melakukan kegiatan pertanian seperti biasanya. Setidaknya ada sekitar 30 petani holtikultura yang terdampak dari kegiatan perusahaan di sekitar Sungai Perawang baru-baru ini.
Sementara itu dari data yang dihimpun, saat ini pihak pihak PT Arara Abadi sedang melakukan pembersihan lahan dan menanam pohon akasia disekitar Sungai Perawang Kecamatan Tualang. Bahkan sebagian lahan yang konon katanya milik PT IKPP Perawang itu telah ditanami dengan akasia.
“Iya, sekarang kita lagi nanam-nanam lahan akasia, sebagian sudah ditanam, ya la untuk dipanen la, pokoknya dilahan kosong itu mau kita tanam,” ungkap Armadi pimpinan Humas PT IKPP Perawang kepada awak media beberapa waktu lalu.
Namun ketika ditanya mengenai izin kegiatan beserta luas lokasi yang akan ditanami akasia, Armadi belum dapat memberikan jawaban yang jelas.
“Izin-izinnya sudah kita urus, ya nantilah (izinnya apa), HGU atau HGB nanti saya pastikan, (Luasnya) saya tidak hafal,” katanya.
Laporan : Jhon